Wednesday, June 29, 2016

Hikmah Dibalik Kesabaran

Disuatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang baca koran "oh ayah, ayah" kata sang anak.

"Ada apa?" tanya sang ayah

"Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek. Aku mau menyontek saja! Aku capek, sangat capek"

"Aku capek, karena aku harus membantu ibu membersihkan rumah, sedangkan temanku punya pembantu. Aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek"

"Aku capek, karena aku harus menabung, sedangkan temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung. Aku ingin jajan terus!"

"Aku capek, sangat capek karena aku harus terus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti. Sedangkan temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati"

"Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-teman ku, sedangkan teman-temanku seenaknya saja bersikap kepada ku"

"Aku capek ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat senang. Aku ingin bersikap seperti mereka ayah!" sang anak mulai menangis

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata "Anak ku, ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukan sesuatu kepadamu", lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudia mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang anak pun mulai mengeluh "Ayah mau kemana kita? Aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku jadi luka karena tertusuk duri, badanku dikelilingi oleh serangga, berjalan pun susah karena ada banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah" sang ayah hanya diam

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.

"Wwaaah .. tempat apa ini ayah? Aku suka! Aku suka tempat ini!" sang ayah hanya diam dan kemudia duduk dibawah pohon yang rindang dan rerumputan hijau

"Kemarilah anak ku, ayo duduk disamping ayah" ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya

"Anak ku, tahukan kau mengapa disini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah?"

"Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?"

"Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga disini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu"

"Ooh .. berarti kita orang sabar ya yah? Alhamdulillah"

"Nah akhirnya kau mengerti"

"Mengerti apa? Aku tidak mengerti"

"Anak ku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kaki mu. Kau harus sabar saat lumpum mengotori sepatu mu. Kau harus sabar melewati ilang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangaaat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapatkan apapun anak ku, oleh karena itu bersabarlah anak ku"

"Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar"

"Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup. Ada ayah dan ibu yang akan terus berada disampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi ingatlah anak ku. Ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh. Suatu saat nanti kau harus bisa sendri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain. Jadilah dirimu sendiri. seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karen dia tahu ada Allah disampingnya. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan, saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang, maka kau tau akhirnya kan?"

"Ya ayah, aku tau, aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terimakasih ayah. Aku akan tegar saat yang lain terlempar"

Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

No comments:

Post a Comment